
Aku berjalan dalam malam yang sunyi,
tak ada pelita, tak ada suara…
Hanya sebutan itu mengalun lirih dari jiwaku:
YA HU… YA HU… YA HU…
Siapakah Engkau yang kusebut tanpa mengenal?
Namun setiap kali kupanggil,
dadaku bergetar seperti mengenang rumah yang lama kutinggalkan…
Engkau bukan kekasih biasa,
Engkau adalah HU,
yang bersembunyi di balik tabir segala rupa.
HU adalah bisikan dalam tangis,
adalah peluk dalam sunyi,
adalah jawab bagi segala tanya yang tak terucap.
YA, adalah panggilanku,
adalah rinduku yang tak bisa dibungkam,
adalah pengakuan bahwa aku…
tiada tanpa-Mu.
YA HU…
Cinta ini tak lagi butuh bentuk,
Tak perlu balasan,
karena mencintai-Mu adalah cukup menjadi keberadaanku.
Di dalam setiap helaan napas,
Kau sembunyikan Diri-Mu.
Dalam tiap sepi yang menyesakkan,
Kau berbisik, “Aku lebih dekat dari urat lehermu…”
Maka, biarlah dunia lenyap,
biarlah aku sirna,
asalkan Engkau tetap ada di sebutan terakhirku:
YA HU…
More Stories
Perintah Ilahi untuk Media Ungkap Kriminal: Tegakkan Kebenaran, Hancurkan Kebathilan!
Huruf-Huruf Langit di Atas Mahkotaku
Apakah Fadillah Jalani Puasa Ramadhan dan 6 Hari di Bulan Syawal?