
Oleh: Redaksi Ungkapkriminal.com –
Ledakan mengguncang langit Tel Aviv. Rudal dan drone tempur dikirimkan dari Iran dan Yaman, menghantam jantung militer Israel. Aksi ini disebut sebagai balasan atas agresi yang telah lama dilakukan terhadap rakyat Gaza — sebuah respons yang membawa pesan, darah, dan debu ke tengah peradaban dunia.
Aktor utama: Iran, Israel, dan kelompok Houthi di Yaman. Namun gaungnya menembus pagar geopolitik, mengguncang negara-negara Teluk, Amerika Serikat, hingga Rusia dan Tiongkok. Masing-masing memainkan perannya dalam panggung dunia yang retak oleh diam dan bias.
Serangan berlangsung pada pekan kedua April 2025, menyasar Tel Aviv dan fasilitas militer strategis. Laut Merah hingga wilayah Teluk kini siaga penuh, mengantisipasi gelombang susulan dari percikan perang yang tak kunjung padam.
Iran menyebut serangan ini sebagai bentuk “pembalasan terhadap kejahatan kemanusiaan Israel” di Gaza. Namun, lebih dari sekadar balasan, ini adalah sinyal bahwa batas kesabaran telah terlampaui — dan bahwa dunia tak bisa lagi berlindung di balik diplomasi kosong dan kata-kata klise.
Negara-negara Teluk seperti Qatar dan Arab Saudi menyerukan gencatan senjata. Yordania menegaskan tidak ingin menjadi medan tempur. Tiongkok dan Rusia menyerukan de-eskalasi, menjaga jarak namun penuh kalkulasi. Di tengah ketegangan ini, Iran membuka pintu perundingan nuklir dengan Amerika Serikat melalui Oman — seberkas cahaya di balik kabut diplomasi.
Harga minyak melonjak. Komoditas global terguncang. Inflasi mengintai, dan negara-negara berkembang seperti Indonesia perlu bersiap menghadapi dampak rantai pasok, ketahanan energi, dan tekanan fiskal. Ini bukan hanya konflik senjata — tapi badai ekonomi global.
Narasumber & Fakta Lapangan:
Dr. Taufiqurrahman Z., Pengamat Timur Tengah, Universitas Indonesia:
“Yang kita hadapi bukan sekadar konflik geopolitik, tapi krisis nurani global. Dunia harus memilih: membela hak asasi manusia, atau terus tunduk pada tekanan kekuasaan.”
Nur Laila Mahmudah, M.A., Peneliti CSIS untuk Isu Global:
“Perundingan Iran-AS bukan sekadar diplomasi nuklir, tapi peluang terakhir bagi Timur Tengah untuk tidak jatuh ke jurang perang total.”
Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan RI:
“Konflik ini langsung berdampak pada harga pangan dan energi. Pemerintah Indonesia harus mengaktifkan kebijakan mitigasi dan memperkuat transisi energi bersih.”
Refleksi dan Harapan:
Di tengah langit yang memerah oleh rudal, dan bumi yang gemetar oleh dendam, muncul pertanyaan sunyi:
Apakah dunia takut pada Israel? Atau telah kehilangan nurani untuk membela keadilan?
Ungkapkriminal.com menyerukan satu hal:
Bahwa dalam setiap konflik, diplomasi adalah jalan cahaya, keadilan adalah inti nurani, dan media sejati adalah penjaga nurani umat manusia — bukan alat kekuasaan, bukan penyebar ketakutan.
More Stories
“DEKLARASI DUKUNGAN TERHADAP ROY SURYO CS: MENYINGKAP POLEMIK IJAZAH JOKOWI?”
PENYELUNDUPAN LINTAS NEGARA DIRINGKUS: POLRES BENGKALIS LAWAN INFILTRASI EKONOMI ASING
HULUBALANG TAMENG ADAT LAMR MANDAU: PERS ADALAH SAHABAT PERJUANGAN KEBENARAN DAN KEADILAN