
Oleh Tim Redaksi UngkapKriminal.com
Di tengah derasnya arus informasi sesat, berita palsu, dan propaganda sistematis, Surah Al-Fatihah hadir bukan hanya sebagai bacaan wajib dalam shalat, melainkan sebagai fondasi dakwah informasi—sebagai poros jihad kalam di era digital.
Surah ini bukan sekadar doa, melainkan pernyataan sikap, kompas hidup, dan strategi ilahiah untuk menegakkan yang hak, menyingkap yang batil, dan mengembalikan manusia kepada jalan kebenaran yang lurus.
Maknanya sangat dalam:
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm mengajarkan bahwa seluruh aktivitas harus dilandasi nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Termasuk menulis dan menyebar informasi—harus membawa rahmat, bukan fitnah.
Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn adalah pengakuan bahwa semua kemuliaan dan pujian hanya milik Allah. Maka tidak patut manusia mencari pujian dari penguasa atau pengikut, melainkan cukup ridha dari Rabb semesta alam.
Ar-raḥmānir-raḥīm menjadi spirit bahwa meski menyampaikan kebenaran itu keras, caranya tetap penuh kasih. Dakwah informasi tidak boleh menjadi alat permusuhan, tetapi pelurusan.
Māliki yaumid-dīn mengingatkan bahwa semua kata, data, berita, dan narasi akan diadili di hari pembalasan. Jurnalis dan pendakwah harus sadar bahwa pena mereka disaksikan oleh langit.
Iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn menegaskan bahwa hanya kepada Allah tujuan dan pertolongan diminta. Informasi bukan untuk kepentingan diri, kelompok, atau sponsor—tetapi untuk mengabdi kepada kebenaran ilahi.
Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm adalah permohonan agar lisan, pena, dan media kita tetap pada jalan lurus—tidak dimiringkan oleh tekanan, tidak diputar oleh uang, tidak dibelokkan oleh algoritma.
Ṣirāṭallażīna an‘amta ‘alaihim ghairil-maghḍūbi ‘alaihim waladh-dhāllīn adalah deklarasi bahwa jalan informasi kita harus mengikuti jejak mereka yang diberi nikmat petunjuk—bukan jalan mereka yang disesatkan oleh syahwat dunia atau dimurkai karena menyebarkan kebatilan.
Dalam konteks jihad kalam, ini berarti setiap tulisan, berita, status media sosial, video pendek, atau caption, harus dibingkai dengan nilai-nilai Al-Fatihah. Bukan sekadar enak dibaca, viral, atau trending—tapi mengandung nilai kebenaran, keberpihakan kepada keadilan, dan keberanian menentang kebohongan.
Inilah jihad kalam—perjuangan kata-kata demi meninggikan kalimat Allah, bukan memuliakan narasi palsu. Ini pula bentuk tertinggi dari jurnalisme profetik: memadukan wahyu dan akal, iman dan data, pena dan doa.
“Barang siapa menunjukkan pada kebaikan, maka baginya pahala seperti pelakunya.”
(HR. Muslim no. 2674)“Janganlah kamu campurkan yang hak dengan yang batil, dan jangan kamu sembunyikan yang hak, sedang kamu mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 42)
Catatan Intelektual Presisi Redaksi
Surah Al-Fatihah adalah garis awal setiap gerakan dakwah dan perlawanan intelektual. Ketika pers dibungkam, suara dibeli, dan kebenaran dimanipulasi, maka Al-Fatihah membimbing para jurnalis jujur dan dai digital untuk tetap setia pada jalan yang lurus.
Jihad informasi adalah jihad era ini. Tanpa darah, tanpa pedang, tetapi dengan pena yang tajam, argumentasi yang kokoh, dan niat yang lurus.
Penutup
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
(QS. Al-Fatihah: 6)“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.”
(QS. Ash-Shaff: 4)
Allahu Akbar! Ini jihad pena. Ini cahaya kebenaran. Ini suara ilahi di tengah hiruk-pikuk dunia.
Salam jihad kalam informasi.
Salam kebenaran.
Salam Al-Fatihah.
More Stories
Perang Iran–Israel dan Warisan Sejati Nabi: >Saatnya Umat Kembali Menjadi Muslim
QS An-Nisa: Jihad Kalam Profetik Menuju Keadilan Langit dan Bumi
“QS At-Taubah Ayat 20-22: Hijrah dan Jihad Kebenaran Menyinari 1 Muharram”