April 17, 2025

Ungkapkriminal.com

Diandalkan dan ditargetkan

“Apakah Dunia Takut pada Israel atau Telah Kehilangan Nurani?Jawaban Rudal Iran dan Yaman Membakar Tel Aviv !!”

Keterangan FOTO: Rajawali Perak membumbung di langit merah, sayapnya menjelma cahaya kebenaran, mencabik kepalsuan dan kebisuan dunia. Dalam latar reruntuhan kota yang terbakar, sosok sang pembela nurani muncul sebagai simbol perlawanan terhadap kezaliman. Inilah lambang perjuangan Ungkapkriminal.com—tajam, tegas, dan tak tergoyahkan.

UNGKAPKRIMINAL.COM – Dunia kembali terdiam. Tanggal 12 April 2025, bumi Palestina kembali disirami darah. Anak-anak Gaza bergelimpangan tak bernyawa, dibantai dalam sunyi yang memekakkan nurani. Apakah dunia benar-benar takut pada Israel? Ataukah nurani umat manusia telah mati… terkubur bersama debu dan tulang belulang para syuhada cilik di Gaza?

Pada Jumat berdarah itu, serangan brutal Israel menggempur wilayah Gaza tanpa ampun. Rumah sakit, sekolah, bahkan tenda-tenda pengungsi dibombardir. Dunia menonton, bisu. PBB menyuarakan keprihatinan, tapi keprihatinan tak menghentikan bom yang meluncur seperti iblis yang lapar dan haus darah.

Tak semua membisu. Iran dan Yaman bangkit. Ribuan rudal balistik diluncurkan menuju jantung kota-kota Israel. Pada malam itu, Tel Aviv, Haifa, dan sejumlah kota besar memerah—bukan karena matahari terbenam, tapi karena kobaran api yang membakar dari langit.

Serangan rudal terjadi secara serentak pada tanggal 12 April 2025, menandai sebuah babak baru dalam ketegangan Timur Tengah.

Tel Aviv menjadi neraka. Bangunan runtuh, puing-puing berserakan, dan jeritan warga menggema seperti kutukan balik dari langit. Dunia terhenyak: ini bukan sekadar perlawanan—ini adalah jawaban dari luka yang telah lama dipendam.

Karena dunia tak bertindak. Karena darah anak-anak Palestina terus mengalir sementara para pemimpin dunia hanya bermain kata-kata. Iran dan Yaman menjawab dengan cara mereka: “Jika dunia tak melindungi yang lemah, maka langit yang akan menuntut balas.”

Respons Dunia internasional terpecah. Barat menyebutnya agresi, Timur menyebutnya pembalasan. Tapi yang pasti, malam 12 April menjadi saksi: bahwa api keadilan kadang datang dalam bentuk rudal, karena diplomasi tak lagi mampu menghentikan pembantaian.