
UNGKAPKRIMINAL.COM – Dunia kembali terdiam. Tanggal 12 April 2025, bumi Palestina kembali disirami darah. Anak-anak Gaza bergelimpangan tak bernyawa, dibantai dalam sunyi yang memekakkan nurani. Apakah dunia benar-benar takut pada Israel? Ataukah nurani umat manusia telah mati… terkubur bersama debu dan tulang belulang para syuhada cilik di Gaza?
Pada Jumat berdarah itu, serangan brutal Israel menggempur wilayah Gaza tanpa ampun. Rumah sakit, sekolah, bahkan tenda-tenda pengungsi dibombardir. Dunia menonton, bisu. PBB menyuarakan keprihatinan, tapi keprihatinan tak menghentikan bom yang meluncur seperti iblis yang lapar dan haus darah.
Tak semua membisu. Iran dan Yaman bangkit. Ribuan rudal balistik diluncurkan menuju jantung kota-kota Israel. Pada malam itu, Tel Aviv, Haifa, dan sejumlah kota besar memerah—bukan karena matahari terbenam, tapi karena kobaran api yang membakar dari langit.
Serangan rudal terjadi secara serentak pada tanggal 12 April 2025, menandai sebuah babak baru dalam ketegangan Timur Tengah.
Tel Aviv menjadi neraka. Bangunan runtuh, puing-puing berserakan, dan jeritan warga menggema seperti kutukan balik dari langit. Dunia terhenyak: ini bukan sekadar perlawanan—ini adalah jawaban dari luka yang telah lama dipendam.
Karena dunia tak bertindak. Karena darah anak-anak Palestina terus mengalir sementara para pemimpin dunia hanya bermain kata-kata. Iran dan Yaman menjawab dengan cara mereka: “Jika dunia tak melindungi yang lemah, maka langit yang akan menuntut balas.”
Respons Dunia internasional terpecah. Barat menyebutnya agresi, Timur menyebutnya pembalasan. Tapi yang pasti, malam 12 April menjadi saksi: bahwa api keadilan kadang datang dalam bentuk rudal, karena diplomasi tak lagi mampu menghentikan pembantaian.
More Stories
Simon Sianipar dan Roy Suryo Tak Gentar: Pernyataan UGM Soal Ijazah Jokowi Dinilai Tak Menjawab Akar Masalah
Setelah Rudal Iran bombardir Tel Aviv mungkinkah Upaya diplomatik dan Genjatan Senjata, terjadi ?!
“Kota yang Membara: Ketika Langit Menangis dan Kebenaran Tak Lagi Berteduh”?