
Oleh Redaksi UngkapKriminal.com
Dalam pandangan teologis Islam, kehancuran entitas Zionis-Israel bukan sekadar kemungkinan geopolitik, melainkan sebuah keniscayaan eskatologis yang dijanjikan Allah SWT dalam wahyu-Nya. Melalui Surah Al-Isra’ ayat 4–8, sejarah Bani Israil dituturkan sebagai kaum yang dua kali membuat kerusakan besar di bumi, dan kepada mereka ditimpakan hukuman ilahi melalui tangan hamba-hamba yang tangguh.
“Dan Kami menyatakan kepada Bani Israil dalam Kitab itu: ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.’”
(QS. Al-Isra’: 4)
Objek utama ayat ini adalah Bani Israil
leluhur teologis dari bangsa yang kini menduduki tanah Palestina melalui proyek kolonialisme Zionis modern. Namun subjek yang lebih luas adalah umat manusia terutama kaum Muslimin yang memikul amanah untuk menegakkan kebenaran dan menolak kezaliman. Umat Islam sebagai pewaris spiritual kenabian diperintahkan untuk menjadi saksi atas kebenaran sejarah dan janji Allah.
Waktu pasti kehancuran tidak ditentukan dalam nash, namun tanda-tandanya dapat diraba melalui eskalasi kerusakan, penjajahan, pembantaian, dan arogansi kekuasaan yang ditampilkan secara telanjang oleh Israel di abad modern. Dalam pandangan para ulama tafsir seperti Imam Al-Qurtubi dan Sayyid Qutb, janji Allah berlaku dalam pola sejarah berulang.
Tanah suci Palestina, tanah yang diberkahi sejak dahulu kala (QS. Al-Isra’: 1), menjadi pusat konflik sejarah antara keadilan ilahi dan kebathilan kekuasaan. Di sanalah jejak para nabi dibenamkan dan di sanalah pula para penjajah merayakan kekejaman. Di atas tanah itu pula janji kehancuran akan ditegakkan.
Kezaliman yang dilakukan oleh Zionis Israel berupa pembantaian massal, pendudukan ilegal, apartheid terhadap warga Palestina telah memenuhi syarat turunnya azab. Bahkan Piagam Roma Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menetapkan kejahatan apartheid, genosida, dan pengusiran paksa sebagai crimes against humanity.
Namun dalam pandangan wahyu, lebih dari pelanggaran hukum, mereka telah menjadi simbol kebathilan yang terang-terangan menantang hukum Allah.
“Apabila datang janji yang kedua, (Kami datangkan kamu) untuk menyuramkan wajah-wajah mereka, dan mereka masuk ke dalam masjid (Al-Aqsa) sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali, dan untuk menghancurkan apa saja yang mereka kuasai dengan penghancuran yang sempurna.”
(QS. Al-Isra’: 7)
Kehancuran mereka akan berlangsung melalui “hamba-hamba yang kuat” (عبادًا لنا أولي بأس شديد) yang dimunculkan Allah sebagai alat keadilan. Siapa mereka? Sejarah menjawab: bisa kaum Muslimin yang bangkit, atau kekuatan dunia yang diperalat oleh kehendak Allah. Tapi satu hal pasti: ketika batas kesombongan melampaui garis ilahi, kekuasaan akan digilas oleh keadilan yang tak bisa ditawar.
PENDAPAT PAKAR
Prof. Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi (Pakar Pemikiran Islam):
“Zionisme bukan sekadar ideologi, tapi bentuk neo-firaunisme. Dalam perspektif Islam, kehancurannya adalah bagian dari sunnatullah dalam sejarah, sebagaimana kehancuran umat-umat yang menolak kebenaran.”
Dr. Norman Finkelstein (Akademisi Yahudi Amerika):
“Israel hari ini telah menjadi negara apartheid. Tidak mungkin membenarkan keberadaannya dalam kerangka hukum dan kemanusiaan internasional.”
DASAR HUKUM INTERNASIONAL & NASIONAL
Piagam PBB Pasal 1 dan 2: Melarang pendudukan dan penjajahan atas bangsa lain.
Deklarasi HAM Universal Pasal 1–7: Melindungi hak hidup, kebebasan, dan keamanan setiap manusia.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM (Indonesia)
Statuta Roma (1998): Menetapkan bahwa genosida dan apartheid adalah kejahatan internasional.
CATATAN REDAKSI
Sesungguhnya, keadilan tidak bisa dipadamkan walau oleh peluru, propaganda, atau veto kekuasaan. Bagi mereka yang merusak di muka bumi, hanya Allah yang mampu menjatuhkan hukuman seadil-adilnya meski peradilan buatan manusia bisa dibeli dan disuap. Kita adalah saksi, bukan hakim. Namun, kesaksian sejarah dan iman tidak akan pernah bungkam.
PENUTUP
Ingatlah, mata hati yang tertutup lebih gelap dari malam paling kelam. Dan pikiran yang melupakan amanah kebenaran, lebih rusak dari segala kerusakan dunia. Dalam diam bumi dan derita langit, janji Allah terus bergerak menuju hari di mana semua kebathilan akan hancur, sebagaimana dijanjikan dalam Kitab yang haq.
More Stories
“RUDAL LANGIT DAN GUNTUR KEBENARAN: Tanda-Tanda Kalam Berbicara dari Tel Aviv hingga Langit Riau”
PRABOWO BANTAH DIRI ‘BONEKA JOKOWI’, TAPI PUBLIK MASIH BERTANYA: DI MANA NURANI SEORANG PEMIMPIN?
“ATUNA TUFULI, DOA ANAK-ANAK LANGIT”