
Narasi Komplit Eksekutif Profesional & Intelektual Presisi Intelijensi Investigatif sebagai Jihad Kalam Informasi
Oleh: IRMA
Tim Investigasi Khusus | UngkapKriminal.com
27 MEI 2025
KUALA LUMPUR
Jakarta — Presiden Republik Indonesia, Letjen (Purn.) Prabowo Subianto, menyampaikan sikap tegas dalam membela Palestina pada forum internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN–Gulf Cooperation Council (GCC) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, 27 Mei 2025. Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyatakan kesiapan Indonesia mengirim pasukan penjaga perdamaian, menerima korban luka Palestina, dan menyerukan persatuan negara Islam dan ASEAN dalam menyikapi genosida di Gaza.
Pidato monumental Presiden Prabowo berlangsung pada KTT ASEAN-GCC di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin, 27 Mei 2025. Forum ini dihadiri oleh para pemimpin negara-negara Asia Tenggara dan Dewan Kerja Sama Teluk, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Pihak Utama:
Presiden RI Prabowo Subianto, sebagai kepala negara dan komandan diplomasi Indonesia.
Negara-negara ASEAN dan GCC, termasuk Malaysia, Brunei, Arab Saudi, dan UEA.
Rakyat Palestina, yang menjadi korban konflik berkepanjangan.
Israel, khususnya kebijakan PM Benjamin Netanyahu yang dituding sebagai aktor utama genosida Gaza.
Narasumber & Institusi Kunci:
Kompas.com, Detik.com, MetroTV, Setkab.go.id (laporan kredibel 2025).
PBNU & MUI, menyampaikan dukungan moral dan keagamaan atas langkah Presiden.
Pakar Hukum Internasional: Prof. Hikmahanto Juwana (UI) & Prof. John Esposito (Georgetown).
PBB dan Dewan HAM Internasional: sebagai konteks hukum dan HAM global.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah modern Indonesia, seorang presiden menyatakan siap mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Palestina dan merespons langsung tragedi kemanusiaan dengan langkah nyata. Sikap ini bukan hanya mencerminkan keberanian, tetapi juga pemaknaan baru politik luar negeri aktif-progresif atas nama konstitusi, HAM, dan solidaritas internasional.
Pidato Presiden Prabowo disambut pujian luas:
PBNU: “Sikap Prabowo mencerminkan semangat persatuan umat Islam dan kemanusiaan sejati.”
MUI: “Presiden membela Palestina bukan dengan slogan, tapi dengan aksi konkret—ini jihad diplomasi yang sah.”
Prof. John Esposito: “Prabowo telah memecah kebekuan sikap dunia Islam yang selama ini terlalu retoris.”
Prof. Hikmahanto Juwana: “Langkah Presiden Prabowo sesuai Pasal 11 UUD 1945 dan Piagam PBB.”
Landasan Konstitusional dan HAM Internasional
Pasal 11 UUD 1945: Presiden menyatakan perang/damai dengan persetujuan DPR.
Piagam PBB Pasal 1(2): Mendukung hak penentuan nasib sendiri.
Konvensi Jenewa 1949: Perlindungan terhadap warga sipil.
Deklarasi Universal HAM Pasal 3: Hak hidup dan keamanan.
Konvensi Anti-Genosida 1948: Larangan pembunuhan massal atas dasar etnis/agama.
Catatan Intelektual Presisi Redaksi:
Redaksi UngkapKriminal.com menilai, pidato Presiden Prabowo di KTT ASEAN-GCC 2025 adalah tonggak baru peradaban diplomasi Indonesia: tajam, konkret, dan berani melawan standar ganda dunia. Bukan semata-mata solidaritas, ini adalah manifestasi jihad kalam konstitusional yang menempatkan pena dan moralitas di atas kompromi kepentingan global.
Kami menyebutnya: Macan Asia bangkit dengan diplomasi pedang pena.
Indonesia kembali ke khitahnya sebagai penjaga perdamaian, pelindung umat manusia.
Penutup: Cahaya Kalam dari Al-Qur’an dan Hadis
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.”
(QS. Al-Anfal: 61)
Artinya: Jika musuh condong kepada perdamaian, maka condonglah juga kamu kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itu selemah-lemahnya iman.”
(HR. Muslim no. 49)
UngkapKriminal.com – Melawan Kezaliman dengan Kebenaran.
Jihad Kalam adalah senjata para intelektual: melawan penjajahan dan kebohongan dengan pena, nalar, dan keberanian moral.
More Stories
Wilmar: Ini Bukan Sekadar Masalah Lingkungan, Ini Penjajahan Ekonomi Gaya Baru
Disertasi Bergelombang: Doktor Bahlil, Joki Akademik, dan Pusaran Kuasa
“Filusuf Suku Batak: Salah Aja Berani, Apalagi Benar?”