
UngkapKriminal.com —
Korupsi di negeri ini kian menjelma iblis yang menghisap darah rakyat. Dari minyak bumi yang seharusnya jadi berkah, pendidikan yang mestinya mencerdaskan, hingga jalan desa yang mestinya menghubungkan harapan, semua justru berujung pada lubang menganga bernama pengkhianatan.
Ratusan triliun rupiah raib.
Itu bukan angka dalam drama sinetron, melainkan kenyataan pahit yang membebani setiap ibu yang membayar beras lebih mahal, setiap ayah yang harus bekerja siang malam, dan setiap anak bangsa yang mimpinya dirampas sebelum sempat tumbuh.
Siapa yang membayar?
Kita semua.
Rakyat, bukan wakil rakyat. Rakyat yang berkeringat, bukan elite yang meneguk manisnya rente. Rakyat yang setiap hari berhadapan dengan jalan berlubang, bukan pejabat yang asyik meneken proyek fiktif.
Satire Profetik yang Menyayat
Korupsi bukan sekadar tindak pidana, ia adalah pengkhianatan moral, perampokan hak hidup berjuta manusia. Kitab suci menyebut: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil…” (QS. Al-Baqarah: 188). Namun ayat ini sering terpinggirkan oleh ambisi perut dan kursi.
Fakta Bukan Drama
Laporan BPK, KPK, hingga lembaga internasional berkali-kali menyalakan alarm: korupsi di Indonesia terstruktur, sistemik, dan masif. Namun, seolah bangsa ini terbiasa dengan kebocoran, membiarkannya menjadi ritual tahunan. Seakan skandal hanyalah lakon teater, padahal derita nyata.
Catatan Intelektual Presisi Redaksi
Kami di UngkapKriminal.com menegaskan:
Ini jihad kalam, perlawanan dengan pena, bukan dengan senjata.
Fakta bukan drama, data bukan gosip.
Setiap rupiah yang raib adalah darah rakyat yang mengucur.
Penutup Profetik
Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh binasa umat-umat sebelum kalian karena jika orang terpandang mencuri, mereka biarkan; tetapi jika orang kecil mencuri, mereka tegakkan hukum atasnya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Korupsi adalah kezaliman yang memperlebar jurang antara penguasa dan rakyat. Jika keadilan terus diperdagangkan, maka rakyat hanya akan menjadi penanggung beban, bukan penerima manfaat.
Ingatlah: rakyat bukan wakilnya. Rakyat adalah pemilik negeri ini.
More Stories
Kontroversi Ucapan Nusron Wahid: “Tanah Milik Negara, Memangnya Mbahmu Bisa Bikin Tanah?” – Etika, Hukum, dan Martabat Publik Dipertaruhkan
“Operasi Satgas Pangan Bongkar Celah Pengawasan Mutu Beras di PT. Padi Indonesia Maju – Standar Nasional Dipertaruhkan”
Dugaan Skandal Proyek “Rumah Hantu” TWP TNI: Publik Bertanya, Kebenaran Akan Terungkap?