
✍️ Oleh: Redaksi Sastra Profetik
Karya Jurnalistik
MANDAU – Bengkalis
JULI 8 – 2025
Desa Bathin Betuah:
Di ufuk waktu yang mengalir senyap pada 12 Muharram 1447 Hijriyah, Kecamatan Mandau tak sekadar merayakan Tahun Baru Islam. Ia mengetuk langit dengan doa, menghidangkan hikmah, dan menebar cinta sosial melalui peristiwa ruhani bernama Tabligh Akbar. Namun, sesungguhnya ini lebih dari sekadar ritual: ini adalah dakwah profetik yang menjelma menjadi narasi keberadaban.
Masjid Al-Hidayah — nama yang berarti ‘petunjuk’ — menjadi panggung sakral di mana bukan hanya kata yang terucap, melainkan nurani yang ditajdid. Di sanalah Ustadz Syamsir Khan dan Ustadz Abdul Kholik menyulam pesan langit ke dalam benang-benang kehidupan dunia, membungkusnya dalam tema yang menggugah: Hijrah Membersihkan Hati, Menguatkan Tekad, dan Memperbanyak Amal Kebaikan.
Namun ruh tabligh ini tak hanya bersandar pada tausiyah. Di balik podium, gema hijrah menemukan bentuk sosialnya—penyerahan bantuan kepada anak yatim dan kaum dhuafa. Sebab hijrah bukan hanya berpindah tempat atau meninggalkan masa lalu, tetapi berpindah dari keakuan menuju kepedulian, dari kejumudan menuju keadaban.
“Kami ingin menjadikan peringatan Tahun Baru Islam ini sebagai waktu untuk mengajak masyarakat berhijrah secara ruhani dan sosial. Agar agama bukan sekadar didengar, tetapi dihidupi,” ujar Camat Mandau, Riki Rihardi, S.STP., M.Si., dalam pidato singkat yang sarat makna.
Camat Riki, sosok birokrat yang membumikan nilai spiritual dalam tata kelola kecamatan, menghadirkan narasi unik: agama yang bersenyum, bukan menghardik; dakwah yang menyentuh, bukan menggurui. Ia menyuguhkan ustadz yang mampu menyelipkan tawa di antara hikmah, karena baginya—iman pun butuh jalan pulang yang menyenangkan.
Kegiatan ini tidak berlangsung megah dalam ukuran duniawi. Tapi dalam mata langit, barangkali inilah keberkahan: ketika tawa tidak melalaikan, dan sedekah tidak ditunda. Ketika agama tidak dipajang sebagai simbol, tapi dijalani sebagai laku.
CATATAN INTELEKTUAL PRESISI REDAKSI
Tabligh Akbar 1447H di Mandau adalah napas panjang dari jejak profetik yang mulai terpinggirkan dalam riuh zaman. Di tengah dunia yang semakin menuhankan algoritma dan gengsi, kegiatan seperti ini mengingatkan kita bahwa Islam bukan hanya sejarah, tapi arah. Bahwa dakwah bukan hanya mikrofon dan panggung, tapi langkah kecil yang mendekatkan manusia pada sesamanya—dan pada Tuhannya.
PENUTUP SASTRA PROPETIK
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
>’Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk.”
(QS. Al-Bayyinah: 7)
Maknanya: Iman bukan hanya keyakinan, tapi juga tindakan nyata—amal kebaikan adalah bukti keimanan hakiki.
Dan sabda Rasulullah ﷺ:
>’Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad, ath-Thabrani dan Ad-Daruqutni)
Artinya: Dakwah sejati bukan hanya ucapan, tapi manfaat yang terasa.
Tabligh Akbar Mandau 1447H, bukan hanya mengenang hijrah Nabi—tetapi menghidupkan hijrah dalam hidup kita.
Dari Masjid, untuk Hati, demi Kemanusiaan.
Baca berita eksklusif lainnya hanya di https://ungkapkriminal.com
📷 Dokumentasi resmi dan catatan sastra profetik kami tersedia untuk publik yang cinta kebenaran dan keindahan.
More Stories
Tahun Baru Islam di Talang Mandi: Tabligh Akbar, Doa Kaum Dhuafa, dan Jihad Membersihkan Hati
BELASUNGKAWA MENDALAM Dari Keluarga Besar Media PT. UNGKAP KRIMINAL NEWS Turut berduka cita atas berpulangnya: Bapak Dr. Sri Odit Megonondo, SH, M.H. Kepala Kejaksaan Negeri Bengkalis
Bengkalis Raih Juara Umum MTQ XLIII Riau 2025, Ungguli 11 Daerah Lain