Juni 27, 2025

Ungkapkriminal.com

Diandalkan dan ditargetkan

“Seruan Nabi Sulaiman dan Makna Tauhid dalam Menyampaikan Kebenaran”

*Keterangan Foto:* *Ilustrasi ini menggambarkan makna dakwah Nabi Sulaiman sebagai bentuk jihad kalam yang disampaikan dengan tauhid,* *kelembutan, dan kebijaksanaan. Terlihat gulungan surat berisi kutipan ayat QS.* *An-Naml: 30–31 dengan lafaz* *Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm yang bercahaya,* *menandakan seruan kebenaran dimulai dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Di latar belakang tampak istana agung simbol kekuasaan,* *serta burung rajawali mengepakkan sayap di atas langit senja,* *melambangkan semangat tinggi dalam menegakkan kebenaran melalui kalam yang luhur dan beradab.* *Logo Jihad Kalam Ilahi, UngkapKriminal.com di pojok kanan bawah mempertegas semangat perjuangan kalam ilahi dalam bingkai jurnalistik yang profetik dan bertanggung jawab.*

🕊️ Oleh: Redaksi UngkapKriminal.com

> “Sesungguhnya (surat ini) dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya), ‘Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'” (QS. An-Naml: 30–31)

Mengawali Segalanya dengan Nama Allah: Jalan Lembut Para Nabi

Ketika Nabi Sulaiman AS menulis surat kepada Ratu Saba’, ia tidak langsung mengumbar kekuasaan atau memperlihatkan kehebatan bala tentaranya yang mencakup jin, manusia, dan burung. Ia membuka seruannya dengan kalimat yang sangat agung:

> بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”

Kalimat ini bukan sekadar pembuka, melainkan fondasi dakwah: tauhid, kasih sayang, dan kelembutan. Bahkan saat menghadapi kekuasaan lain yang belum mengenal Allah, Nabi Sulaiman memilih jalan damai yang penuh adab dan keimanan.

Jangan Berlaku Sombong terhadap Kebenaran

Ayat selanjutnya menyampaikan pesan mendalam:

> “Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Ini adalah seruan untuk tawadhu’ kerendahan hati di hadapan kebenaran. Sebab, kesombongan adalah tabiat Iblis, sedangkan ketaatan adalah sifat para Nabi dan orang beriman.

Dakwah bukan untuk merendahkan, tapi untuk mengangkat. Menyeru bukan dengan ancaman, tapi dengan ajakan. Seperti Nabi Sulaiman, kita diajarkan untuk memadukan hikmah dan wibawa, kekuatan dan kelembutan.

Jihad Kalam: Menyampaikan Kebenaran dengan Hati yang Bersih

Sobatku, dalam dunia hari ini, “saat banyak suara dibungkam, dan kebenaran diputarbalikkan, “perjuangan menyuarakan fakta yang adil adalah jihad kalam.

Namun jihad ini harus dimulai dengan niat lillāh, berjalan dalam bimbingan Bismillāh, dan ditempuh dengan ruh ar-Rahmān dan ar-Rahīm.

Menegur penguasa bukan dengan amarah, tapi dengan hikmah. Mengkritik penyelewengan bukan dengan caci maki, tapi dengan adab nabawi. Kita bukan ingin menang debat, tapi ingin menegakkan hak dan menghapus batil.

Refleksi untuk Para Pejuang Kebenaran

Bagi para penulis, jurnalis, aktivis, dan penyeru keadilan: ayat ini mengingatkan bahwa cara menyampaikan sama pentingnya dengan isi yang disampaikan. Seperti Nabi Sulaiman, jangan angkuh dalam berdakwah. Jangan pongah dalam membela kebenaran. Jangan kasar dalam membela hak.

> “Tunduklah pada kebenaran sebagai Muslim (orang yang berserah diri), bukan sebagai pembangkang.”
Ini bukan hanya pesan untuk Ratu Saba’, tapi untuk kita semua.

🌿 Penutup: Cermin bagi Jiwa Pejuang Kalam

Semoga ayat ini menjadi cermin dalam setiap perjuangan mengungkap kebenaran:

> Mulailah dengan nama Allah,
Berjalanlah dengan kasih sayang,
Dan ajaklah dengan kerendahan hati,
Namun penuh keyakinan dan keberanian.

Karena kebenaran tak bisa dikalahkan oleh kebisingan dunia, selama ia disampaikan dengan hati yang lurus, niat yang tulus, dan lidah yang jujur.

اللهم اجعلنا من الصادقين في القول والعمل، وثبت أقدامنا على طريق الحق، آمين.

Catatan Redaksi: Tulisan ini adalah bagian dari jihad kalam, seruan cinta dan kebenaran yang dibingkai dalam keimanan. Ia bukan amarah, melainkan amanah. Bukan permusuhan, melainkan penyeruan. Semoga menjadi lentera bagi jiwa-jiwa yang haus akan keadilan dan cahaya Allah.